Sabtu, 08 Oktober 2016

TOPIK 3: REVIEW ARSITEKTUR VERNAKULAR

ARSITEKTUR VERNAKULAR

Teori Vernakular
Secara etimologi kata vernakular berasal dari bahasa latin vernaculus, yang artinya "budak pribumi" atau "budak rumah-lahir". Dalam linguistik, vernakular mengacu pada menggunakan bahasa tertentu ke tempat, waktu atau kelompok. Dalam arsitektur, mengacu pada jenis arsitektur yang asli dengan waktu tertentu atau tempat  (tidak diimpor atau disalin dari tempat lain). Hal ini paling sering digunakan untuk bangunan tempat tinggal. Pengertian tempat tinggal ini merujuk pada makna fungsi.
Dalam kaidah arsitektur vernakular menunjuk pada tipe arsitektur yang mana asli dengan waktu atau tempat tertentu (tidak diambil atau dikutip dari yang lain).
Istilah vernakular pertama kali tercetus pada tahun 1964 oleh Bernard Rudofsky dalam bukunya "Architecture Without Architects : a short introduction to non-predigreed architecture" yang ditulis berdasarkan pamerannya di MoMA. Buku ini mengingatkan kita terhadap "hard-won knowledge" bangunan vernakular  dari berbagai penjuru dunia.
Ensiklopedia Arsitektur vernakular Dunia mendefinisikan arsitektur vernakular sebagai:
"... Terdiri dari tempat tinggal dan semua bangunan lain dari rakyat. Terkait dengan konteks lingkungan dan sumber daya yang tersedia mereka lazim pemilik-atau komunitas yang dibangun, menggunakan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik, mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang menghasilkan mereka".
Karakteristik bangunan vernakular (Rapoport 1969):
1.    Bangunannya tidak didukung oleh prinsip dan teori bangunan yang benar,
2.    Menyesuaikan dengan lingkungannya,
3.    Sesuai dengan kemampuan masyarakatnya (teknologi dan ekonomi),
4.    Menggambarkan budaya masyarakatnya (sebagai penanda, simbol),
5. Terbuka terhadap sumber daya alam yang ada di sekitanya dan selalu, dapat menerima perubahan-perubahan (trial & error) sehingga dapat bertahan.
Menurut Amos Rapoport dalam buku House Form and Culture  ada enam faktor yang dikenal sebagai modifying factor diantaranya :
1.    Faktor Bahan
2.    Metode Konstruksi
3.    Faktor Teknologi
4.    Faktor Iklim.
5.    Pemilihan Lahan
6.    Faktor sosial-budaya

Menurut para ahli mengenai arsitektur vernakular :
  • Menurut Lloyd, (dalam Oliver [ed] 1997) memandang arsitektur vernakular sebagai bangunan rakyat yang tumbuh sebagai respon atas kebutuhan dasar dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat.
  • Brunskill (ed) 2000. Arsitektur vernakular adalah sebuah bangunan yang di desain oleh seorang amatir yang tidak pernah dilatih untuk mendesain.
  • Oliver (ed) 1997. Arsitektur vernakular sangat berkaitan dengan konteks lingkungan dan sumber daya alam setempat yang diolah dan dibangun dengan teknologi tradisonal.
  • Papanek (1995) menyatakan vernakular adalah anonymous, indigenous, naïve, naif, premitive, rude, popular spontane-ous.local or folk based
  • Ladd 2003.  Arsitektur vernakular adalah arsitektur tanpa arsitek.
  • Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.

Sebagai produk budaya, arsitektur dipengaruhi oleh faktor lingkungan : geografis, geologis, iklim, suhu; faktor teknologi : pengelolaan sumber daya, keterampilan teknis bangunan; faktor budaya : falsafah, persepsi, religi, struktur sosial dan keluarga, dan ekonomi.

  • Romo Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat. Jadi, arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Selain sebagai arsitektur vernakular, istilah arsitektur tradisional juga merupakan istilah yang sering muncul di dalam kalangan masyarakat kita. Kelatahan masyarakat dalam menggunakan istilah tradisional ini seringkali menimbulkan sebuah keraguan dalam menentukan yang mana yang dianggap sebagai arsitektur tradisonal dan mana yang vernakular.
  • Menurut Bruce Allsop (1980) yang telah membagi arsitektur menurut jenisnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arsitektur tradisional itu adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifkan pada bangunan tersebut. Arsitektur tradisional ini biasa disebut dengan arsitektur kedaerahan.

Sebuah kata kunci yang bisa kita ambil disini sebagai salah satu pembeda yang dapat kita gunakan untuk melihat antara arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular adalah tingkat dari transformasi (perkembangan atau perubahan) yang terjadi pada suatu bangunan tradisional itu, dalam hal ini kami mengambil Rumah Bubungan Tinggi sebagai contoh arsitektur vernakular Kalimantan Selatan.


Rumah Bubungan Tinggi merupakan bangunan khas Kalimantan Selatan yang merupakan ciri dari kebesaran kebudayaan suku Banjar masa lalu. Betapapun perubahan itu terjadi, namun arsitektur Rumah Bubungan Tinggi yang dapat kita saksikan sekarang adalah merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.
Rumah Bubungan Tinggi merupakan arsitektur vernakular sebagai proses. Tiadanya identitas perancang (Anonimitas) serta merupakan tujuannya yang bukan untuk menonjolkan diri, bangunan ini merupakan sebuah rumah yang biasa digunakan untuk wadah kegiatan kesehariannya. Arsitektur tradisional Suku Banjar yang dibangun oleh masyarakat berdasar nilai tradisi-budaya dan lingkungan alam setempat.

Kesimpulan

Dari semua uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang muncul dari respon memenuhi kebutuhan spesifik, mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi masyarakat dalam mengatasi kondisi lingkungan mereka yang menggambarkan budaya masyarakatnya sebagai penanda hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam menentukan dan menggolongkan sebuah produk arsitektur apakah termasuk kedalam arsitektur vernakular ataupun tradisional kita tidak dapat menetapkannya secara langsung, tetapi harus melakukan beberapa tinjauan maupun analisa terlebih dahulunya, karena adakalanya sebuah produk arsitektur tersebut dapat digolongkan ke dalam arsitektur vernakular jika dilihat dari sebagai produknya, atau hanya sebagai proses yang memiliki nilai kevernakularannya atau hanya pada level filosofisnya yang memiliki muatan vernakularnya. Kevernakularan suatu produk arsitektur tidak dapat secara kaku kita mengklasifikasikannya.
Rumah Bubungan Tinggi sebagai salah satu produk arsitektur yang berasal dari Kalimantan Selatan merupakan salah satu produk arsitektur tradisonal yang pada tahap tertentu dapat dikatakan sebagai arsitektur vernakular dan pada tahap tertentu dapat dikategorisasikan sebagai arsitektur tradisonal.

Satu hal menarik disini adalah bahwa setiap pelajaran yang didapat dari alam itu seharusnya mampu diakumulasikan sebagai masukan baru dalam kehidupan, hal inipun tidak tertutup dalam hal rumah atau fasilitas hunian. Hal ini merupakan salah satu faktor yang semakin menguatkan bahwa Rumah Bubungan Tinggi merupakan arsitektur vernakular.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar