ARSITEKTUR VERNAKULAR
Teori Vernakular
Secara etimologi kata vernakular berasal dari bahasa latin vernaculus, yang
artinya "budak pribumi" atau "budak rumah-lahir". Dalam
linguistik, vernakular mengacu pada menggunakan bahasa tertentu ke tempat,
waktu atau kelompok. Dalam arsitektur, mengacu pada jenis arsitektur yang asli
dengan waktu tertentu atau tempat (tidak
diimpor atau disalin dari tempat lain). Hal ini paling sering digunakan untuk
bangunan tempat tinggal. Pengertian tempat
tinggal ini merujuk pada makna fungsi.
Dalam kaidah arsitektur vernakular menunjuk pada tipe
arsitektur yang mana asli dengan waktu atau tempat tertentu (tidak diambil atau
dikutip dari yang lain).
Istilah vernakular pertama kali tercetus pada tahun 1964
oleh Bernard Rudofsky dalam bukunya "Architecture
Without Architects : a short introduction to non-predigreed architecture"
yang ditulis berdasarkan pamerannya di MoMA. Buku ini mengingatkan kita
terhadap "hard-won knowledge"
bangunan vernakular dari berbagai
penjuru dunia.
Ensiklopedia Arsitektur vernakular Dunia mendefinisikan
arsitektur vernakular sebagai:
"... Terdiri dari tempat tinggal dan semua bangunan
lain dari rakyat. Terkait dengan konteks lingkungan dan sumber daya yang
tersedia mereka lazim pemilik-atau komunitas yang dibangun, menggunakan
teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk
memenuhi kebutuhan spesifik, mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup
budaya yang menghasilkan mereka".
Karakteristik bangunan vernakular (Rapoport 1969):
1.
Bangunannya tidak didukung
oleh prinsip dan teori bangunan yang benar,
2.
Menyesuaikan dengan
lingkungannya,
3.
Sesuai dengan kemampuan
masyarakatnya (teknologi dan ekonomi),
4.
Menggambarkan budaya
masyarakatnya (sebagai penanda, simbol),
5. Terbuka terhadap sumber daya
alam yang ada di sekitanya dan selalu, dapat menerima perubahan-perubahan (trial & error) sehingga dapat bertahan.
Menurut Amos Rapoport dalam buku House Form and Culture ada enam faktor yang dikenal sebagai modifying factor diantaranya :
1.
Faktor Bahan
2.
Metode
Konstruksi
3.
Faktor
Teknologi
4.
Faktor
Iklim.
5.
Pemilihan
Lahan
6.
Faktor
sosial-budaya
Menurut para ahli mengenai arsitektur vernakular :
- Menurut Lloyd, (dalam Oliver [ed] 1997) memandang arsitektur vernakular sebagai bangunan rakyat yang tumbuh sebagai respon atas kebutuhan dasar dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat.
- Brunskill (ed) 2000. Arsitektur vernakular adalah sebuah bangunan yang di desain oleh seorang amatir yang tidak pernah dilatih untuk mendesain.
- Oliver (ed) 1997. Arsitektur vernakular sangat berkaitan dengan konteks lingkungan dan sumber daya alam setempat yang diolah dan dibangun dengan teknologi tradisonal.
- Papanek (1995) menyatakan vernakular adalah anonymous, indigenous, naïve, naif, premitive, rude, popular spontane-ous.local or folk based
- Ladd 2003. Arsitektur vernakular adalah arsitektur tanpa arsitek.
- Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.
Sebagai produk budaya,
arsitektur dipengaruhi oleh faktor lingkungan : geografis, geologis, iklim,
suhu; faktor teknologi : pengelolaan sumber daya, keterampilan teknis bangunan;
faktor budaya : falsafah, persepsi, religi, struktur sosial dan keluarga, dan
ekonomi.
- Romo Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat. Jadi, arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Selain sebagai arsitektur
vernakular, istilah arsitektur tradisional juga merupakan istilah yang sering
muncul di dalam kalangan masyarakat kita. Kelatahan masyarakat dalam
menggunakan istilah tradisional ini seringkali menimbulkan sebuah keraguan
dalam menentukan yang mana yang dianggap sebagai arsitektur tradisonal dan mana
yang vernakular.
- Menurut Bruce Allsop (1980) yang telah membagi arsitektur menurut jenisnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arsitektur tradisional itu adalah arsitektur yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifkan pada bangunan tersebut. Arsitektur tradisional ini biasa disebut dengan arsitektur kedaerahan.
Sebuah kata kunci yang bisa
kita ambil disini sebagai salah satu pembeda yang dapat kita gunakan untuk
melihat antara arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular adalah tingkat
dari transformasi (perkembangan atau perubahan) yang terjadi pada suatu
bangunan tradisional itu, dalam hal ini kami mengambil Rumah Bubungan Tinggi
sebagai contoh arsitektur vernakular Kalimantan Selatan.
Rumah Bubungan Tinggi
merupakan bangunan khas Kalimantan Selatan yang merupakan ciri dari kebesaran
kebudayaan suku Banjar masa lalu. Betapapun perubahan itu terjadi, namun
arsitektur Rumah Bubungan Tinggi yang dapat kita saksikan sekarang adalah
merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.
Rumah Bubungan Tinggi
merupakan arsitektur vernakular sebagai proses. Tiadanya identitas perancang
(Anonimitas) serta merupakan tujuannya yang bukan untuk menonjolkan diri,
bangunan ini merupakan sebuah rumah yang biasa digunakan untuk wadah kegiatan
kesehariannya. Arsitektur tradisional Suku Banjar yang dibangun oleh masyarakat
berdasar nilai tradisi-budaya dan lingkungan alam setempat.
Kesimpulan
Dari semua uraian di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa Arsitektur vernakular adalah arsitektur
yang muncul dari respon memenuhi kebutuhan spesifik, mengakomodasi nilai-nilai,
ekonomi masyarakat dalam mengatasi kondisi lingkungan mereka yang menggambarkan
budaya masyarakatnya sebagai penanda hubungan antara manusia dengan
lingkungannya.
Dalam menentukan dan
menggolongkan sebuah produk arsitektur apakah termasuk kedalam arsitektur
vernakular ataupun tradisional kita tidak dapat menetapkannya secara langsung,
tetapi harus melakukan beberapa tinjauan maupun analisa terlebih dahulunya,
karena adakalanya sebuah produk arsitektur tersebut dapat digolongkan ke dalam
arsitektur vernakular jika dilihat dari sebagai produknya, atau hanya sebagai
proses yang memiliki nilai kevernakularannya atau hanya pada level filosofisnya
yang memiliki muatan vernakularnya. Kevernakularan suatu produk arsitektur
tidak dapat secara kaku kita mengklasifikasikannya.
Rumah Bubungan Tinggi
sebagai salah satu produk arsitektur yang berasal dari Kalimantan Selatan
merupakan salah satu produk arsitektur tradisonal yang pada tahap tertentu
dapat dikatakan sebagai arsitektur vernakular dan pada tahap tertentu dapat
dikategorisasikan sebagai arsitektur tradisonal.
Satu hal menarik disini
adalah bahwa setiap pelajaran yang didapat dari alam itu seharusnya mampu
diakumulasikan sebagai masukan baru dalam kehidupan, hal inipun tidak tertutup
dalam hal rumah atau fasilitas hunian. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
semakin menguatkan bahwa Rumah Bubungan Tinggi merupakan arsitektur vernakular.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar