1.
KONDISI
FISIK, GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya
Tanjung terletak paling utara dari provinsi Kalimantan Selatan dengan
batas-batas:
utara
dan timur : provinsi Kalimantan
Timur
selatan : kabupaten Hulu Sungai
Utara dan Kabupaten Balangan
Barat
: provinsi
Kalimantan Tengah.
Dengan
posisi geografis berada pada 1150 9’ – 1150 47’ Bujur
Timur dan 10 18’ – 20 25’ Lintang Selatan sedangkan Grid
Provinsi Kalimantan Selatan dari proyeksi UTM terletak pada Grid CE-25 sampai
BD-39 dengan koordinast x=295.000M dan y=9.735.000M pada zona 5°LS. Luas
wilayah kabupaten Tabalong adalah 3.946 km2 atau sebesar 10,61 persen dari luas provinsi
Kalimantan Selatan.
Daerah
Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tabalong
Nama DAS
|
Luas (Ha)
|
Debit (M3/det)
|
Sub DAS Tabalong
|
73.581
|
381
|
Sub-sub DAS Tabalong Kiwa
|
26.110
|
133
|
Sub-sub DAS Tabalong Kanan
|
38.261
|
120
|
Sub-sub
DAS Kumap
|
40.470
|
35
|
Sumber
: Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan 2003
Kondisi dan keadaan
tanah:
Kawasan
dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya
akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi
sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah.
Selain kawasan pertanian Tambalong saat ini menjadi kawasan pertambangan
Topografi:
Bentuk
morfologi wilayah dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu daratan alluvial,
dataran, bukit dan pegunungan. Jika dilihat dari persentasenya ternyata wilayah
ini didominasi oleh dataran sebesar 41,34 persen dan pegunungan sebesar 29,79
persen.
Hidrologi:
Wilayah
kabupaten Tabalong banyak dialiri oleh sungai antara lain sungai Tabalong,
sungai Anyar, sungai Jaing, sungai Kinarum, sungai Ayo, sungai Mangkupum,
sungai Tamunti, sungai Walangkir, sungai Gendawang, sungai Awang, sungai
Masingai, sungai Lumbang, sungai Juran, sungai Hunangin, sungai Umbu, sungai
Karawili dan lain-lain.
Iklim:
Kabupaten
Tabalong merupakan wilayah yang beriklim tropis. Kelembaban udara maksimum di
Tabalong pada tahun 2010 berkisar antara 98 - 100 persen dan kelembaban udara
minimum antara 80 - 95 persen, sementara kelembaban udara rata-rata setiap
bulan adalah 92 – 97,5 persen.
Temperatur
udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur udara
maksimum di Kabupaten Tabalong pada tahun 2010 berkisar antara 250C
sampai 310C, temperatur udara minimum berkisar antara 190C
sampai 23,50C dan rata-rata temperatur udara setiap bulan berkisar
antara 220C sampai 270C.
Arah
angin:
Antara
curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain.
Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu
ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup
dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan
musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia dan keadaan
angin saat itu bisa juga kencang.
Kecepatan
angin di kabupaten Tabalong tiap bulannya berkisar antara 0,0 – 7,8 knot. Dan
rata-rata penyinaran matahari yang dipantau pada pukul 06.00 – 18.00 terlihat
intensitas yang beragam tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas
tertinggi terjadi pada bulan Desember
yaitu 67 persen dan intensitas terendah terjadi pada bulan Januari yaitu
33 persen.
2. BIOLOGIKAL
Biawak masih banyak berkeliaran di
belakang rumah penduduk di Desa Inan, Kabupaten Balangan
Kalulut bisa ditemukan di Desa
Inan, Kecamatan Paringin yang menghasilkan madu kalulut untuk kesehatan tubuh
sebagaimana madu lebah, juga sebagai teman makan kue, atau makanan pisang rebus
dan ubi rebus.
Kabupaten
Balangan di Tanjung dikenal sebagai salah satu sentra buah-buahan lokal
Kalimantan Selatan
Buah Pampakin Buah
Kasturi
Buah Ramania Buah Kapul
ISU DAERAH
Kawasan
rawan banjir yang terdapat di Murung Kelurahan Tanjung Kecamatan Tanjung, di
Simpang 3 Pangkalan Kelurahan Hikun, Timbuk Baru Kelurahan Agung, Desa Wayau,
Desa Juai, Desa Pangi Kecamatan Tanjung;
di Gambah Kelurahan Belimbing Raya, Pamasiran Kelurahan Belimbing Kecamatan
Murung Pudak; Desa Tanta Kecamatan Tanta; Desa Mahe, Batu Pulut Hulu, Batu
Pulut Hilir, Murung Layung di Desa Nawin
Kecamatan Haruai; Desa Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung
Kecamatan Muara Uya; Desa Upau Kecamatan Upau; Desa Madang, Padangin Kecamatan
Muara Harus; dan kawasan rawan bencana kebakaran hutan dan lahan terdiri atas :
kawasan kebakaran pada kawasan hutan, lahan kritis, padang alang-alang, kawasan
perkebunan dan, kawasan pertanian lahan kering yang terjadi setiap musim
kemarau di Kecamatan Jaro, Muara Uya, Haruai, Upau, Bintang Ara, Murung Pudak,
Tanjung, Tanta, Kelua, Muara Harus, Banua Lawas dan Pugaan.
|
TAKISUNG
1. FISIK
a. Bentuk tapak
·
Kondisidan
keadaan tanah: porositas, daya dukung, daya pikul, keasaman
Tanah di desa Takisung memiliki daya pikul yang cukup kuat
karena dominan tanahnya tidak lunak walaupun termasuk tanah payau. Banyak rawa
serta tanah berpasir karena berada di pesisir pantai. Keasaman tanah mencapai
6,0.
·
Topografi:
elevasi, kemiringan/slope
Kemiringan tanah tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 5
derajar dari titik elevasi.
·
Hidrologi:
permukaan air tanah, besar dan arah aliran air hujan.
pH air mencapai 9,0, berupa air payau
·
Geologi:
bentuk bentang, bahaya seismik, kedalaman tanah keras
·
Iklim:
cahaya matahari, arah angin
Arah angin berasal dari laut. Suhu udara cukup tinggi saat
cerah karena sinar matahari yang terik.
2.
BIOLOGIKAL
a. Identifikasi vegetasi: keragaman
pohon da ntumbuhan lain
Vegetasi yang
sering dijumpai di desa ini adalah pohon kelapa dan Bakau. Vegetasi lainnya
berupa teratai, enceng gondong dan kangkung air.
b. Identifikasi keragaman habitat di
dalam site dan lingkungan sekitar site
Seperti habitat pesisir pantai pada umunya di desa ini di
dominasi oleh habitat hewan laut, seperti ikan-ikan kecil, kerang dan siput.
Habitat pohon bakau juga menjadi salah satu habitat terbesar di pesisir pantai
Takisung
3. BUDAYA
a.
Identifikasi
peruntukan tanah (land use)
Land use dikawasan Takisung pada pesisir pantainay digunakan
sebagai Objek wisata. Sedangkan pada seberang darat pesisir di gunakan sebagai
kawasan perumahan warga.
b.
Identifikasi
regulasi local berkaitan dengan:
·
Ketinggian
bangunan
Ketinggian rata-rata bangunan didominasi banguanan Lantai
satu yang berkisar 4 Meter.
·
Kepadatan
dan tipe bangunan
Tipe bangunan rumah panggung
·
peruntukan/
ijin bangunan
c.
Identifikasi
utilitas didalam dan sekitar site : sanitasi, drainase, air bersih, listrik
Sumber
air bersih didesa ini berasal dari air sumur dengan jenis air payau.
ANALISIS
& INVENTARISASI TAPAK
KOTABARU
ASPEK KONDISI ALAMIAH
1. Geografis, Luas Dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri dari daratan, banyak pulau-pulau kecil
dan laut yang cukup luas. Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 2018'
– 4056’ Lintang Selatan dan 115029'–117027'
Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Kotabaru, adalah sebagai berikut:
1. sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur;
2. sebelah Selatan : Laut Jawa, Kabupaten Tanah Bumbu;
3. sebelah Timur : Selat Makasar; dan
4. sebelah Barat : Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah
Bumbu.
Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten pertama dalam
provinsi Kalimantan dahulu. Dan pada masa Hindia Belanda merupakan Afdeeling
Pasir en de Tanah Boemboe dengan ibukota Kota Baru.
Kabupaten Kotabaru yang memiliki wilayah
seluas 9.422,46 km2 merupakan kabupaten terluas di provinsi Kalimantan Selatan
dengan luas lebih dari seperempat (25,11%) dari luas wilayah provinsi
Kalimantan Selatan. Kabupaten ini terbagi menjadi 20 kecamatan dengan 197 desa dan 4
kelurahan.
2. Topografi
Keadaan
topografi wilayah Kabupaten Kotabaru cukup beragam. Wilayah di sebelah barat
terdapat pegunungan Meratus yang memanjang sampai ke wilayah Kalimantan Timur.
Wilayah antara pegunungan dan daerah pantai merupakan daerah landai sampai
bergelombang. Daerah pesisir kebanyakan tertutup hutan bakau dan hutan
rawa. Daerah pengunungan Meratus dan
Pulau Laut Tengah merupakan kawasan yang bergelombang hingga terjal. Secara
umum konfigurasi medan wilayah Kabupaten Kotabaru miring ke arah timur.
Berdasarkan kelas ketinggian tempat, wilayah
Kabupaten Kotabaru mempunyai ketinggian dari 0 mdpl sampai > 1000 mdpl.
Daerah dengan ketinggian 0 – 7 m dpl merupakan daerah peralihan antara daerah
pantai dengan daratan, luasnya mencapai 30.756,44 Ha atau sekitar 3.21 % luas
kabupaten. Daerah dengan ketinggian 7 – 500 mdpl merupakan daerah yang dapat
dibudidayakan secara optimal, luasnya mencapai 835.542,54 Ha atau sekitar 87.28
% luas kabupaten. Dan daerah dengan ketinggian di atas 500 mdpl pada umumnya
merupakan daerah yang bergelombang dan berbukit, luasnya mencapai 90.990,03 ha
atau sekitar 9,51 % luas Kabupaten dan luas kemiringan lahan Kabupaten kotabaru
3. Hidrologi
Sistem
hidrologi di Kabupaten Kotabaru tergambarkan pada DAS (Daerah Aliran Sungai).
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
bentang alam (lahan) yang dibatasi oleh punggung bukit sehingga merupakan
sebuah cekungan yang menampung curah hujan yang terkumpul dan mengalir melalui
saluran-saluran menuju sungai (saluran besar) serta keluar melalui titik outlet
menuju laut.
Di
pandang dari segi ekologi DAS adalah sebuah ekosistem yang di dalamnya
terdapat tanah, air, iklim, tumbuhan,
hewan dan manusia dengan segala aktifitasnya saling berinteraksi membentuk
suatu fungsi atau peranan.
Kondisi Air Permukaan
Wilayah Kabupaten Kotabaru terbagi dalam 6 SWP DAS (Daerah Aliran
Sungai)
yakni Cantung, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Pulau Laut dan Pulau Sabuku
4.
Klimatologi
Seperti umumnya
daerah-daerah lain yang berada di Kalimantan Selatan Kotabaru termasuk daerah
yang beriklim tropis.
Terdapat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun di
Kotabaru Hulu. Bahkan bulan terkering masih memiliki banyak curah hujan. Iklim
ini dianggap menjadi Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger. Suhu rata-rata
tahunan di Kotabaru Hulu adalah 26.8 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata
adalah 2665 mm.
GRAFIK
IKLIM
Curah hujan
paling sedikitl terlihat pada Oktober. Rata-rata dalam bulan ini adalah 148 mm.
Hampir semua presipitasi jatuh pada Maret, dengan rata-rata 307 mm.
GRAFIK SUHU
Suhu adalah
tertinggi rata-rata pada Oktober, di sekitar 27.4 °C. Di Juli, suhu rata-rata
adalah 26.1 °C. Ini adalah suhu rata-rata terendah sepanjang tahun.
TABEL IKLIM
Variasi
dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah 159 mm. Suhu
rata-rata bervariasi sepanjang tahun menurut 1.3 °C.
ISU DAERAH
a. Kotabaru
berpotensi sebagai tempat wisata yang menyajikan pemandangan pantai dan laut
alami
b. Perlunya
inovasi kegiatan pertanian pada daerah kecamatan yang sedaratan dengan tanah
kalimantan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mengkombinasikan
penerapan teknologi, manajemen pasca panen dan manajemen pemasaran serta
mengembangkan diversifikasi produk akhir.
c. Meningkatan
produktivitas kebun, dengan menanam tanaman yang seimbang bagi kontur tanah
menjadi hal penting karena meningkatnya lahan tandus di kabupaten
kotabaru (sedaratan dengan tanah Kalimantan)
d. Potensi
perkebunan di Kabupaten Kotabaru (sedataran dengan tanah Kalimantan) hendaknya
diselaraskan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
e. Tersedianya
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai bagian
dalam upaya mempertahankan kawasan lestari sumberdaya alam.
f. Pelarangan
perizinan pengerukan tanah demi pertambangan tanpa penimbunan dan penghijauan
kembali.
g. Deforestasi
sumberdaya hutan yang disebabkan oleh
penebangan liar, pengerukan tanah oleh pertambangan, alih fungsi dan kebakaran
hutan di Kabupaten Kotabaru tidak diimbangi dengan upaya reboisasi dan
rehabilitasi yang memadai.
SAMARINDA
1. Letak
Geografis
Kota Samarinda merupakan Ibu Kota Provinsi
Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kota Samarinda secara astronomis terletak pada posisi antara
116°15'36"-117°24'16" Bujur Timur dan 0°21'18" - 1°09'16"
Lintang Selatan, dengan ketinggian 10.200 cm diatas permukaan laut dan suhu
udara kota antara 22 - 32° C dengan curah hujan mencapai 2.345 mm pertahun
dengan kelembaban udara rata-rata 81,4 %.
Adanya
Sungai Mahakam yang membelah di tengah kota menjadikan kota ini bagai gerbang
menuju pedalaman Kalimantan Timur. Luas Wilayah Kota Samarinda adalah 71.800 Ha
yang terbagi menjadi 6 ( enam )Kecamatan yaitu : Kecamatan Samarinda Ulu,
Kecamatan Samarinda Ilir, Kecamatan Samarinda Seberang Kecamatan Palaran, dan
Kecamatan Sungai Kunjang.
Batas Adminsitrasi Kota Samarinda
·
Sebelah
Utara: Kec. Muara Badak Kabupaten Kukar
- Sebelah
Timur: Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga (Kab Kukar)
- Sebelah
Selatan: Kec Loa Janan .Kab Kutai Kartenegara
- Sebelah
Barat: Kec. Muara Badak Tenggarong Seberang (Kab Kukar)
Berdasarkan topografinya ,
maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0 - 200 dpl, dan hampir
24,17 % berada di ketinggian 0 - 7 dpl, umumnya terletak di dekat Sungai
Mahakam sekitar 41,10 % berada dalam ketinggian 7 - 25 dpl, dan 32,48 % berada
di ketinggian 25 - 100 dpl.
Topografi Kota Samarinda
No.
|
Kemiringan (%)
|
Luas (Km2)
|
Persentase (%)
|
1
|
0 - 2
|
219,61
|
30,61
|
2
|
3 - 14
|
198,58
|
27,68
|
3
|
15 -40
|
194,06
|
27,05
|
4
|
> 40
|
105,17
|
14,68
|
Fisiografi menunjukkan
bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya. Proses
pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi.
Pembagian
bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya dimaksudkan untuk
memberikan gambaran dan memudahkan dalam perencanaan penggunaan tanah
sehubungan dengan perencanaan pengembangan daerah.
Ditinjau
dari fisiografinya, wilayah Kota Samarinda dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh)
deskripsi masing-masing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai berikut :
·
Daerah
Patahan (derah dumana terjadi patahan ) yaknio patahan menurun dan kasar,
dengan permukaan yg besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi
- Daerah
rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah ditepi pantai
yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove
dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2% dan
perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.
- Daerah
dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk
dengan proses pengendapan, baik didaerah muara maupun daerah pedalaman.
- Daerah
berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai
dengan penyebaran daerah perbukitan 8,15%
- Daerah
dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik,
dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah
bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 sampai 15,94 % dengan beda
ketinggian kurang dari 50 meter.
- Daerah
berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggung
sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase
radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng
16 sampai 60 %, dan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter.
- Daerah
Sungai (River). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah
pengendali atau waterponds.
Luas Satuan Fisiografi di Wilayah Kota Samarinda
No
|
Satuan Fisiologi
|
Luas (Ha)
|
Persentase (%)
|
1
|
Lembah Aluvial
|
6.479
|
9,02
|
2
|
Daerah Daratan
|
10.524
|
15,94
|
3
|
Daratan Berombak
|
5.379
|
8,15
|
4
|
Daratan Bergelombang
|
9.636
|
14,59
|
5
|
Daerah Patahan
|
1.527
|
2,31
|
6
|
Daerah Berbukit
|
29.526
|
44,73
|
7
|
Lain-lain
|
8.729
|
4,47
|
Jumlah
|
71.800
|
100
|
Struktur geologi di wilayah Kota
Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau pemetaan geologi yang
dimuat dalam buku "Geology of Indonesia, Volume IA". Oleh R.W. Van
Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter.
Beberapa formasi geologi yang
terdapat diwilayah Kota Samarinda diantaranya adalah
·
Kampung
Baru Beds
- Balikpapan
Beds
- Pulau
Balang Beds
- Pemaluan
Beds
Beberapa Wilayah geologi telah
mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya patahan. Formasi ini terdiri
dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng dan tufa dasitik
dengan sisipan batu bara.
Luas masing-masing Formasi Geologi di Wilayah Kota Samarinda.
No
|
Formasi
|
Luas (Ha)
|
Persentase (%)
|
1
|
Kampung Baru Beds
|
11.314
|
11,34
|
2
|
Balikpapan Beds
|
33.953
|
53,29
|
3
|
Pulau Balang Beds
|
16.977
|
26,65
|
4
|
Pemaluan Beds
|
9.556
|
8,72
|
Jumlah
|
71.800
|
100
|
Berdasarkan kondisi hidrologinya
Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran sungai ( DAS) . Sungai
Mahakam adalah sungai utama yang menmbelah Kota Samarinda dengan lebar antara
300-500 meter, sungai-sungai lainnya adalah anak2 sungai yang bermuara di
sunagai Mahakam yang meliputi:
·
Sungai
Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km
- Sungai
Palaran dengan luas DAS 67,68 Km
- Anak
sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung,
Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil
Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung,
Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong
dalam tipe iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah
inipun tergolong ke dalam tanah yang bereaksi masam.
Jenis-jenis tanah yang
terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy USDA tergolong kedalam jenis
tanah: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan Mollisol atau bila menurut
Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: Podsolik, Alluvial,
Organosol.
Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik
(Ultisol) biasanya ditandai dengan:
·
Pencucian
yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan dengan
kejenuhan basa yang rendah.
- Karena
suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus menerus
mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan
oksida-oksidanya.
- Terjadi
pencucian liat di lapisan atas (eluviasi) dan penimbunan liat di lapisan
bawahnya (illuviasi).
- Tanah
Podsolik (Ultisol) merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota
Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian.
Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang
tinggi. Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian,
biasanya memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama
selama unsur-unsur hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle.
Pada dasarnya jenis-jenis tanah di
Kota Samarinda (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya menurut
Soil Taxanomy) terdiri dari:
·
Podsolik
(Ultisol)
- Alluvial
(Entisol)
- Gleisol
(Entisol)
- Organosol
(Histosol)
- Lithosol
(Entisol)
Luas masing-masing Jenis Tanah di Wilayah Kota Samarinda.
No
|
Jenis Tanah
|
Luas (Ha)
|
Persentase (%)
|
1
|
Alluvial
|
3.453
|
4,81
|
2
|
Alluvial/Gambut
|
16.294
|
24,68
|
3
|
Podsolik/Litosol
|
8.266
|
12,52
|
4
|
Podsolik
|
30.010
|
45,45
|
5
|
Lain-Lain
|
13.777
|
12,12
|
Jumlah
|
71.800
|
100
|
Dari tabel diatas ternyata bahwa
jenis tanah Podsolik mempunyai luasan yang tertinggi di wilayah Kota Samarinda
dengan 30.010Ha atau 45,45%, sedangkan jenis tanah Alluvial tidak bergambut
mencapai luas 3.453Ha atau 4,81% dari luas Kota Samarinda.
Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikuti pola
penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduk sebagai besar terdapat pada
lokasi-lokasi yang dikembangkan oleh Pemerintah seperti: Pusat Perdagangan,
Pusat Industri dan lokasi Transmigrasi dimana daerah-daerah tersebut sudah
mempunyai transportasi yang memadai.
Penggunaan Tanah di Kota Samarinda
yang paling luas adalah Perkarangan/Bangunan dan halaman sekitarnya sebesar
28.666Ha atau 39,92% dari luas Kota Samarinda, diikuti Lahan kering sementara
tidak diusahan sebesar 12.909% atau 17,98%. Sedangkan paling sempit wilayahnya
dibanding presentasi luas adalah rawa-rawa/kolam seluas 362Ha atau 0,50%
Untuk mengetahui penggunaan lahan
lebih jelasnya pada tabel berikut:
Penggunaan Tanah Kota Samarinda
No
|
Penggunaan Tanah
|
Luas Wilayah (Ha)
|
Persentase (%)
|
1
|
Perkarangan Bangunan dan Halaman
|
26.666
|
39,92
|
2
|
Tegal/Kebun/Ladang
|
8.877
|
12,36
|
3
|
Sawah
|
1.043
|
14,53
|
4
|
Rawa/Kolam
|
362
|
0,50
|
5
|
Lahan Kering
|
12.909
|
17,98
|
6
|
Hutan Rakyat
|
2.683
|
3,74
|
7
|
Hutan Berat
|
0
|
0
|
8
|
Perkebunan Rakyat
|
4.486
|
6,25
|
9
|
Lain-Lain
|
3.387
|
4,72
|
Jumlah
|
71.800
|
100
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar