TEORI KEBUDAYAAN
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat untuk mencapai tujuan dalam hidupnya timbul istilah yang kita kenal sebagai masyarakat. Hasil interaksi tersebut melahirkan kebudayaan. Tiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan itu sendiri memiliki pengertian khusus
Secara etimolgi, kata "kebudayaan" berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "akal". Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: "hal-hal yang bersangkutan dengan akal".
Kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti "daya dari budi". Demikianlah "budaya" adalah "daya dari budi" yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan "kebudayaan" adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Pengertian kebudayaan menurut para ahli:
- Murdock (1969) menyatakan kebudayaan merupakan pola perilaku yang disebut collective ideas and costums, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan yang mengatur perilaku sosial masyarakat
- Menurut E. B. Tylor kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan oleh manusia sebagai anggota masyarakat, melalui proses belajar.
- Menurut R. Linton kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkat laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
- Koentjaraningrat menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik manusia dengan belajar.
Kesimpulannya kebudayaan merupakan sistem gagasan yang melahirkan pola perilaku yang kompleks yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, kecuali hal-hal yang bersifat naluriah.
J.J. Honigmann yang dalam bukunya "The World of Man" (1959 : hlm.11 - 12) membedakan adanya tiga "gejala kebudayaan," yaitu ideas, activities, dan artifacts, pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
C. Kluckhohn dalam sebuah karangan yang berjudul Universal Categories of Culture (1953), menyebutkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah:
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Desa Takisung, Kab. Tanah Laut Kalimantan Selatan
Pantai Takisung merupakan obyek wisata pantai yang mempesona dengan pemandangan pantai dengan aktivitas jual beli ikan segar maupun ikan kering langsung dari nelayan. Pantai Takisung terletak di desa Takisung kecamatan Takisung yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang lebih 22 km dari kota Pelaihari atau kurang lebih 87 km dari ibu kota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin. Meskipun Pantai Takisung merupakan Laut Jawa, namun ombaknya tidak besar seperti halnya pantai selatan pulau Jawa. Sehingga aman untuk wisata maupun menjadi pemukiman.
UNSUR KEBUDAYAAN MASYARAKAT DESA TAKISUNG YAITU:
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan di desa ini adalah Bahasa Banjar
2. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan Masyarakat desa Takisung hampir sama dengan system pengetahuan masyarakat suku Banjar yaitu mempunyai pengetahuan tentang:
· Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal
Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu penngetahuan mengenai musim-musim,dan gejala alam.Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani, sedangkan bagi yang bermata pencaharian melaut musim digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi melaut.
· Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya
Pengetahuan tentang Flora ini berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit. Pengetahuan tentang Fauna merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada dan hidup di lingkungan alam mereka.Bagi masyarakat yang melaut pengetahuan tentang keberadaan ikan-ikan dilaut sangat penting untuk mendapatkan hasil laut yang bagus.
· Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional
Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar. Tumbuhan tersebut biasanya bisa didapatkan disekitar daerah mereka.
3. Sistem teknologi, dan peralatan
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Takisung adalah Nelayan. Peralatan yang mereka gunakan adalah peralatan nelayan pada umumnya, berupa Perahu, kapal, jarring, mesin kapal. Sistem teknologi mereka berkembang seiring perkembangan zaman karena memiliki tempat wisata yang mengharuskan pemerintah untuk dapat semaksimal mungkin bisa menarik perhatian pengunjung dengan menambah fasilitas-fasilitas modern namun tidak mengilangkan ciri khas daerah tersebut.
4. sistem kesenian
Kesenian yang berada di Desa Takisung berupa seni Kerajinan tangan yang biasa di pasarkan di objek wisata Pantai Takisung. Kerajinan tersebut terbuat dari kerang dan koral.
5. sistem mata pencarian hidup
Mata pencahararian yang dominan di Desa ini adalah Nelayan dan penjual atau pedagang di pesisir pantai. Mata pencaharian ini didasarkan pada kondisi lingkungan sekitarnya. Masyarakat nelayan memanfaatkan Pantai sebagai sarana mencari penghasilan dengan menjerat atau memancing ikan-ikan dilaut, sedangkan para pedagang dipesisir pantai memanfaatkan objek wisata pantai yang ramai dikunjungi setiap akhir pekan sebagai sarana penyambung hidup.
6. sistem religi
Masyarakat di Desa Takisung dominan menganut agama Islam. Kegiatan religi mereka sama dengan kegiatan islami pada umumnya. Mereka beribada di Masjid atau Musholla yang dibangun diDesa tersebut.
7. sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan
Kekerabatan dan kemasyarakatan di Desa ini sangat mencerminkan kekeluargaan masyarakat Banjar. Perbedaannya di desa ini, banyak anak-cucu mereka yang tinggal hidup tumbuh di sekitar leluhur mereka tinggal. Sehingga sering dijumpai ada lebih dari belasan ikatan keluarga di desa ini. Banyak pemuda yang memilih mencari pasangan hidup mereka yang satu desa dengan mereka karena mereka anggap jika hidup didesa yang sama berarti mereka memiliki pandangan atau pikiran yang sama.
WUJUD KEBUDAYAAN DIBEDAKAN MENJADI TIGA:
1. GAGASAN
Masyarakat desa takisung adalah masyarakat dengan kekerabtan yang kental dan rukun. Tak jarang ditemui banya ikatan antar kepala keluarga dengan keluarga lain karena generasi mereka yang memilih untuk hidup menetap di tempat lahir mereka. pandangan ini menjadi turun menurun dari generasi kegenerasi. Bukan karena paksaan namun dari kesadran mereka masing-masing. Alasannya bermacam-macam. Mulai dari ingin tinggal satu desa dengan orang tua mereka agar bisa mengurus mereka atau karena peluang mencari pengasilan yang lumayan bagus di desa tersebut karena memiliki objek wisata yang terkenal.
2. AKTIVITAS
Aktivita Masyarakat Takisung didominasi dengan aktivitas mata pencaharian mereka. aktivitas yang dipengaruhi oleh adanya objek wisata berupa pantai yang setiap hari ramai pengunjung membuat peluang usaha yang luas bagi masyarakat Takisung. Selebihnya adalah aktivitas kemasyarakatan seperti pada umumnya seperti peringatan hari-hari besar yang biasa dilakukan didesa-desa lain.
3. ARTEFAK
Artefak desa Takisung dapat ditemui iala Perahu nelayan yang berada di pesisir pantai. Perahu menjadi salah satu asil kebudayaan masyarakat Takisung karena perau beraslah dari aktivitas masyrakat yang berusaha memenuhi kebutuhan mereka dengan membuat sebua perahu yang bisa digunakan untuk menangkap ikan di laut. Karena mereka tinggal dipesisir pantai sehingga mereka memanfaatkan pantai sebagai mata pencaharian mereka dan perahu sebagai alat bantu mereka yang menjadi ciri khas desa tersebut., desa nelayan. Seiring dengan perkembangan jaman, perahu didesa ini juga idgunakan sebagai saran wisata pengunjung yang ingin menyusuri pantai Takisung.
Desa Sungai Kupang, Kotabaru, Kalimantan Selatan
Desa Sungai Kupang atau disebut juga Cantung termasuk dalam wilayah Kabupaten Kotabaru, provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten pertama dalam provinsi Kalimantan dahulu. Dan pada masa Hindia Belanda merupakan Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan ibukota Kotabaru. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.442,46 km² dan berpenduduk sebanyak 290.142 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010) dengan nelayan laut sebanyak 15.961 jiwa.
Motto Kotabaru adalah "Sa-ijaan" (bahasa Banjar) yang memiliki arti: Semufakat, satu hati dan se-iya sekata. Pada faktanya, Cantung dengan Kotabaru tidaklah satu daratan, maksudnya ialah ada batas diantara keduanya yakni “Air”. Pada sejarahnya, awalnya Kotabaru dikenal dengan sebutan Pulau Laut, tidak heran jika ingin ke Kotabaru harus menyeberangi laut.
7 Unsur kebudayaan yang ada di Desa Sungai Kupang
1. Bahasa
Bahasa yang dominan digunakan oleh masyarakat Cantung ialah Bahasa Banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu.
2. Sistem Pengetahuan
· Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
· Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di Tabalong
· Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
Obat traditional dari suku banjar tidak lain berasal dari khasiat tumbuh-tumbuhan yang berada di hutan. Selain dengan obat traditional, peneyembuhan juga bisa dilakukan dengan 2 cara lainnya, yakni dengan tindakan jasmani dan tindakan rohan. Tindakan pengobatan jasmani yaitu dengan tukang urut atau pijat, sedangkan tindakan pengobatan rohan ada 2 cara yakni dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan agama dengan menggunakan doa-doa atau ayat-ayat Al-Qur’an yang ditiupkan ke dalam air yang akan diminum atau diusapkan ke bagian badan yang sakit atau dengan orang yang mempunyai ilmu kebatinan di mana keberadaannya dibenarkan oleh masyarakat karena terbukti dari penyembuhan penyakit yang mereka lakukan.
· Sistem pengetahuan tentang waktu
· Sistem ilmu pengetahuan
3. Organisasi sosial
Rukun Warga (RW),
Rukun Tetangga (RT),
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dkk
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Alat produktif :
Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas),parang Duyung (untuk merumput di sawah),parang Lantik (untuk menebaspepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang besar),dan cangkul
Peralatan untuk rumah tangga : Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup besar),pisau,lading,kapak,dll.
Peralatan untuk menangkap ikan: jaring, bambu.
Rumah :
Orang Banjar mengenal sistem pembuatan rumah mereka yaitu dengan mengikat bahan material, merangkai kayu-kayu,dan menyusunnya menjadi bentuk sebuah rumah yang mereka inginkan.dengan bahan utama adalah kayu ulin karena banyak terdapat di sekitar mereka.
5. Sistem mata pencaharian hidup
Mata Pencaharian hidup pada desa Sungai Kupang dominan adalah Bahuma, kebun karet, kebun sawit,
6. Sistem religi
Dominan beragama islam
7. Kesenian
Kesenian menjadi pemenuh kebutuhan psikis manusia. Di Desa Sungai Kupang, kesenian dominan berupa tarian, pantun dan mamanda
3 wujud kebudayaan yang ada di masyarakat Tabalong
1. Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Sebagai contohnya gagasan mengenai perayaan 17 Agustus yang dimeriahkan oleh banyak acara.
2. Sistem sosial
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Di Desa Sungai Kupang aktifitas yang selalu setiap hari seperti mandi di sungai, ada juga dilakukan pertahun adalah seperti kegiatan bagarakan sahur dan kegiatan upacara perayaan adat.
3. Sistem fisik (Artefak)
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Sebagai contohnya: peambatangan, kuriding, panting, pakaian adat, rumah adat.
Kota Tabalong, Kalimantan Selatan
Ditinjau dari Topografinya, bagian utara merupakan dataran tinggi dan bergunung-gunung, dimana Pegunungan Meratus terbentang dari arah utara ke Selatan bagian timur. Pada bagian tengah merupakan dataran dan bergelombang, sedangkan wilayah bagian selatan didominasi oleh dataran rendah dan rawa.
Kabupaten yang paling ujung diKalimantan Selatan adalah Kabupaten Tabalong dengan Ibukotanya Tanjung berbatasan langsung dengan provinsi kalimantan Tengah serta Timur. Kabupaten ini Kaya dengan sumber daya alam Pertambangan dan Pertanian. Namun untuk mengetahui Kabupaten Tabalong yang punya Motto Saraba Kawa
Sejarah Nama Tabalong
Legenda tentang terciptanya nama Tabalong menurut hikayat lisan dari mulut ke mulut yang tersebar sejak tahun empat puluhan, ialah seperti yang di tulis seniman Tabalong dalam buku antologi puisi ” Duri duri Tataba ” tahun 1996 yang di terbitkan Dewan Kesenian Daerah (DKD) Tabalong, menyebutkan bahwa terwujudnya sebutan Tabalong yaitu bermula dari para perambah hutan yang mencari ladang dan huma hingga kakinya terinjak duri – duri Tataba sejenis pohon yang seluruh batangya penuh berduri keras, jenis tanaman ini mempunyai akar Tunjang dan berbuah hanya menjadi makanan burung-burung hutan. Mereka menjerit (dalam bahasa Banjar Hulu, dikatakan ” Jerit ” sama dengan Tahalulung atau sama dengan melolong), karena kesakitan terkena duri-duri Tataba, inilah akhirnya menjadi penyebutan ” TABALONG “. Artinya terinjak duri Tataba. Jadi, Tahalulung menjadi nama …” Tabalong “.
7 Unsur kebudayaan yang ada di masyarakat Tabalong
1. Bahasa
Bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat Tabalong ialah dialek Banjar Hulu. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi.
2. Sistem Pengetahuan
· Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-musim,dan gejala alam. Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani.
· Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di Tabalong
Bagi masyarakat yang suka berburu atau bermata pencaharian berburu pengetahuan ini sangat penting karena untuk mengetahui binatang apa saja yang dapat diburu serta mengetahui daerah buruan.Bagi masyarakat petani pengetahuan tentang fauna ini juga sangat penting untuk menjaga tanaman mereka dari binatang yang dapat merusaknya.Tetapi petani juga dapat mengetahui binatang yang dapat dipelihara dan dimanfaatkan untuk menjaga tanaman mereka seperti Anjing yang dapat dilatih untuk untuk menjaga tanaman petani dari gangguan binatang lain seperti Babi dan Anjing juga bisa digunakan untuk berburu.
· Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional ini ada yang didapat dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar. Dalam pengobatan tradisional ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar masyarakat Tabalong. Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir diketahui oleh semua suku Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka ketahui, penyebarannya pun lewat mulut ke mulut.
· Sistem pengetahuan tentang waktu
Nama bulan, hari dan penyebutan waktu dalam sehari semalam yang di gunakan masyarakat Banjar termasuk masyarakat Tabalong yaitu mengadopsi dari bahasa Arab.
· Sistem ilmu pengetahuan
Ciri khas sistem ilmu pengetahuan banjar, berkembangnya pendidikan tradisional, utamanya pendidikan agama islam yang dikenal sebagai ‘pengajian’. Pelajaran yang di berikan oleh tuan guru dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.
3. Organisasi sosial
Contohnya: karang taruna/LSM di sekitar Tabalong seperti Solidaritas Pembangunan Alam (SOPAL), Gerakan Perduli Rakyat (GEPRA), Solidaritas Masyarakat tabalong Untuk Perubahan (SMTP), dll.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
· Alat-alat produktif
Sampai saat ini masih ada masyarakat Tanjung yang mempertahankan teknologi sederhana memasak dengan kayu bakar.
Peralatan untuk bertani: parang cangkuk (untuk menebas), parang Duyung (untuk merumput di sawah), parang Lantik (untuk menebas pepohonan yang kecil),Belayung (untuk menebang pohon yang besar),dan cangkul
Peralatan untuk rumah tangga: Parang Bungkul (untuk memotong benda-benda yang cukup besar), pisau, lading, kapak, dll.
· Senjata
Senjata digunakan masyarakat Banjar untuk melindungi dirinya dari musuh dan bisa juga berfungsi sebagai alat produktif seperti untuk mengangkap ikan,berburu di hutan,jerat perangkap,dll. Contohnya Mandau, Sumpit, serapang (tombak lima mata), tiruk (tombak panjang lurus untuk berburu ikan haruan atau ikan gabus dan tomat disungai), pengambangan ( tombak lurus bermata satu), duha ( pisau bermata dua untuk berburu babi)
· Makanan
Dalam pembuatan makanan diperlukan sistem teknologi yang digunakan untuk membuat makanan tersebut mempunyai nilai lebih. Contohnya:
Salah satu masakan khas urang tabalong yaitu gangan paliat. Gangan paliat dijadikan sebagai masakan khas urang Tabalong, dimana asal masakan yang sesungguhnya ini dari desa Kelua.
· Pakaian dan perhiasan
Pakaian menggunakan Perhiasan digunakan sebagai cedera mata, pelengkap dalam berbusana dan menambah keanggunan seseorang.
· Rumah
Rumah masyarakat masih ada yang panggung khususnya rumah di pinggir sungai dan menggunakan struktur kayu. Bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º.
· Alat-alat transportasi
Yang menjadi alat transportasi utama mereka adalah jukung yang menjadi sarana trasportasi sungai. Masyarakat Tabalong telah peka terhadap perkembangan teknologi yang sangat mereka perlukan untuk mempermudah pekerjaan mereka seperti menggunakan tossa, sepeda motor, dll.
5. Sistem mata pencaharian hidup
Sebagian besar hidup bertani, berkebun dan menangkap ikan menggunakan peralatan dari anyaman paring/bambu. Sekarang banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan, transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka.
6. Sistem religi
Referensi utama sehubungan dengan kepercayaan Islam biasanya diperoleh dari ulama-ulama, kepercayaan bubuhan diperoleh dari tokoh bubuhan dan kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran penduduk terhadap lingkungan alam sekitar (kepercayaan lingkungan) baik itu diperoleh dari tabib-tabib, sebutan dukun dalam masyarakat Banjar, atau orang-orang tua tertentu, terutama yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan.
Kegiatan masyarakat Tabalong dan Banjar pada umumnya, khususnya kegiatan bersifat sakral menjadi suatu tradisi dan maknanya tersimpan dalam bentuk-bentuk simbolik karena mayoritas memeluk agama Islam.
Upacara-upacara adat masih dipertahankan seperti :
Pasar Ramadhan 1437 H
Setiap kali memasuki bulan Ramadhan, warga secara swadaya menggelar Pasar Wadai Atau Pasar Ramadhan untuk keperluan berbuka puasa. Keberadaan pasar Ramadhan bagian dari kita untuk menyemarakan bulan suci Ramadhan. Pasar Ramadan Ini bukan hanya dimanfaatkan oleh warga muslim saja, tetapi warga non muslim pun banyak yang mencari keperluan untuk kebutuhan sehari-Hari.
Tadarus Al-Quran Bersama
Pemerintah Daerah Kabupaten Tabalong menggelar Malam Tadarus Alquran Bersama, dengan mengundang berbagai instansi dan kementerian yang dilaksanakan di Taman Kota Tanjung yang bertepatan hari ke 25 Bulan Ramadhan 1437 Hijriah (Malam ganjil). Malam Tadarus Alquran ini dilakukan dengan cara masing-masing instansi dan kementerian membaca Alquran sampai 25 juz.
Pawai Ta’aruf Jelang Ramadhan 1437 H
Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Tabalong kembali menggelar Pawai Taaruf dalam rangka menyambut datangnya Bulan Ramadhan.
Kegiatan Lomba Pawai Taaruf ini merupakan agenda tahunan yang bernuansa islami dan sebagai salah satu upaya untuk menyemarakan suasana menjelang bulan suci Ramadhan.
7. Kesenian
Beberapa cerita rakyat di Kabupaten Tabalong
3 wujud kebudayaan yang ada di masyarakat Tabalong
1. Gagasan
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Contohnya :
· Adab sopan santun menghadapi orang yang lebih tua
· Kreativitas memasak menguatkan ciri khas daerah
· Beberapa pantangan bagi wanita hamil, seperti tidak boleh duduk di depan pintu, dll.
· Tradisi adat istiadat masyarakat Tabalong yang lekat dengan nuansa sacral
2. Sistem sosial
Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat contohnya: karang taruna/LSM di sekitar Tabalong seperti Solidaritas Pembangunan Alam (SOPAL), Gerakan Perduli Rakyat (GEPRA), Solidaritas Masyarakat tabalong Untuk Perubahan (SMTP), dll.
3. Sistem fisik (Artefak)
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia contohnya senjata, alat-alat memasak, pakaian dan perhiasan, alat transportasi, jamban, dan lain-lain
Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
7 Unsur kebudayaan yang ada di masyarakat Tabalong
1. Bahasa
Samarinda adalah kota yang memiliki masyarakat yang majemuk. Dengan kata lain, berbagai ragam jenis manusia yang mendiami kota Tepian ini. Berbagai suku bangsa , di antaranya suku Kutai, Bugis, Banjar, Jawa, Buton, Batak, Toraja, dll. Sejatinya, Samarinda tidak memiliki suku asli, seperti Tenggarong dengan Kutainya, Makassar dengan Bugisnya, Jogja dengan Jawanya, ataupun Bandung dengan Sundanya. Jika dalam ilmu sosiolinguistik, bahasa seperti itu disebut pidgin. Pidgin ini bisa terbentuk dari hasil komunikasi antara orang-orang yang memiliki bahasa yang berbeda. Bahasa pidgin ini tidak memiliki suku, ya sama seperti bahasa pergaulan yang terbentuk di Samarinda,sebut saja bahasa Samarinda. (Pidgin Language). Biasanya para wisatawan dari luar menggunakan bahasa dari asalnya karena terbiasa percampuran bahasa jadi tidak terlalu sulit menyesuaikannya, atau bisa juga menggunakan bahasa Indonesia.
2. Sistem Pengetahuan
Samarinda memiliki beberapa suku bangsa, sehingga sistem pengetahuan diambil beberapa gabungan yang datang dari suku-suku tersebut. Ada dua macam sistem pengetahuan yang ada yaitu tradisional dan modern. Tradisional di samarinda dalam bentuk kebudayaan suku-suku yang mayoritas di suku dayak yang mengikuti kegiatan turun temurun, sedangkan Modern di samarinda dalam perkembangan zaman yang mulai ke ilmu pengetahuan teknologi.
3. Organisasi sosial
Samarinda yang merupakan gabungan dari beberapa suku pendatang dan penetap sehingga mennggabungkan beberapa budaya yang tersebar di Indonesia.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia antara lain berupa pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata dan alat transportasi. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia juga dipengaruhi oleh keadaan alam di mana mereka tinggal. Manusia banyak memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya untuk membuat peralatan dan perlengkapan hidup.
Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan dan hewan di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sandangnya. Seperti bulu domba, bulu burung, kulit buaya ataupun dedaunan. Pada zaman dahulu manusia langsung mengenakan bahanbahan tersebut untuk menutup tubuh. Seiring dengan perkembangan pengetahuan, manusia mengolah terlebih dahulu bahan-bahan alam tersebut menjadi kain. Baru setelah itu dijahit dan dibentuk pakaian. Tidak hanya pakaian, aksesoris lainnya seperti tas, topi ataupun sepatu juga dibuat dari bahan di lingkungan sekitar.
Kondisi alam juga berpengaruh pada ketebalan baju yang dikenakan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, lebih sering mengenakan baju tebal. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah kota atau pantai yang panas lebih sering menggunakan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat. manusia dalam membuat rumah juga dipengaruhi oleh kondisi alam. Baik dalam hal bentuknya maupun bahan pembuatannya. Bahkan tempat membangun dan arah pintu rumah juga dipengaruhi kondisi alam. Rumah-rumah di daerah yang jauh dari kota terbuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Seperti kayu, bambu dan dedaunan untuk atapnya. Di daerah pantai masyarakatnya membuat rumah panggung agar tidak terkena air laut. Di tempat yang banyak binatang buas juga dibangun rumah panggung
5. Sistem mata pencaharian hidup
Mata pencaharian di Samarinda terdiri dari pertambangan, pertanian, kehutanan, perkebunan dan industri. Kalimantan timur memuat sector ekonomi pertambangan tanpa migas yang salah satunya samarinda. Perkebunan di Kalimantan timur terdapat karet, kopi, kelapa, kelapa sawit, kakao, cengkeh, lada,cengkeh dan komoditi lainnya. Dan beberapa macam lainnya yang saling berhubungan.
6. Sistem religi
Di Samarinda memiliki agama yang lebih mayoritas ialah Islam, dan Indonesia merupakan penganut agama islam terbesar. Ada juga beberapa agama seperti Kristen, katolik, hindu, budha, dan kong hu cu.
7. Kesenian
Pampang yang merupakan wisata budaya yang khas menarik di Samarinda, dan pampang sangat terikat akan nilai adat dan kesenian. Kesenian dayak berbagai macam dari tarian, lagu daerah, music, penyembuhan tradisional, hajatan, kawinan, senjata tradisional, dan upacara adat yang khas dengan tradisi adat yang turun temurun.
3 wujud kebudayaan yang ada di masyarakat Tabalong
1. Gagasan
Masyarakat samarinda yang terdapat berbagai suku pendatang dan menetap sehingga beberapa warga mungkin bisa pergi kembali ke kampungnya atau menetap mengajak keluarga untuk menetap.
2. Sistem sosial
Aktivitas masyarakat Samarinda seperti pada umumnya yang mengikuti kegiatan sehari-hari dalam pusat kota. Seperti berolahraga, travelling yang biasanya ke mall ada di samarinda.
3. Sistem fisik (Artefak)
Artefak Samarinda terdiri dari kebudayaan-kebudayaan dayak dan beberapa peninggalan sejarah yang di dalam Museum Mulawarman tersimpan benda sejarah yang pernah digunakan oleh Kesultanan seperti Singgasana, Tempat Peraduan, Pakaian Kebesaran, Tombak, Keris, Meriam, Kalung dan Prasasti Yupa serta Koleksi Keramik Cina. Setiap tahun dilaksanakan Upacara Erau, yaitu tarian Khas Kedaton Upacara Adat dan Mengulur Naga di Desa Kutai Lama. Dimana pada setiap pelaksanaan Erau juga ditampilkan atraksi Seni Budaya baik berupa Tarian Tradisional dan Upara Adat dari berbagai Suku lainnya di Indonesia serta mancanegara.
Museum Mulawarman terdiri dari dua lantai. Di lantai bawah terdapat koleksi keramik Cina. sedangkan lantai 1 berisi koleksi peninggalan bercorak kesenian. Di belakang museum, pengunjung bisa berbelanja cinderamata khas budaya Dayak, batu perhiasan, maupun cendera mata lainnya.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan unsur dan wujud kebudayaan masyarakat di desa Takisung, Kab. Tanah Laut, desa Sungai Kupang, Kotabaru, kota Tabalong, di Kalimantan Selatan, dan kota Samarinda, Kalimantan Timur berhasil diidentifikasi dan mereka mewakili 7 unsur kebudayaan dan 3 wujud kebudayaan sesuai dengan teori Koentjaraningrat.
Daftar Pustaka
http://vvitizue.blogspot.co.id/2013/02/unsur-unsur-kebudayaan-suku-banjar.html
http://tabalongkab.go.id/selayang-pandang/sambutan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar